Ticker

6/recent/ticker-posts

Split (2016) | Celoteh movie


Nama M. Night Shyamalan mulai diakui sebagai legenda, di jagad perfilman Hollywood, setelah menelurkan The Sixth Sense pada 1999 silam. Sebagai seorang sutradara muda, usianya baru 28 tahun pada kala itu, Shyamalan dinilai mampu menghasilkan sebuah mahakarya dengan twist ending yang menakjubkan.

Film yang dibintangi oleh Bruce Willis tersebut, bahkan, dianggap sebagai salah satu film dengan twist ending (kejutan pada bagian akhir) yang paling terkenal hingga saat ini. Shyamalan, yang juga tampil sebagai cameo itu (memerankan karakter bernama Dr. Hill), berhasil “menipu” para penonton. Sepanjang film. Karena tidak ada yang menduga bahwa ending-nya bakal seperti itu.

Berbagai kritikus dan situs review pun, akhirnya, memberi rating yang positif untuk The Sixth Sense tadi. Dan, secara finansial, film berbujet USD 40 juta tersebut juga sangat sukses. Karena berhasil meraup pemasukan hingga USD 673 juta.

Setelah kesuksesan The Sixth Sense tadi, Shyamalan tidak berhenti berkarya. Sutradara kelahiran India dengan nama asli Manoj Shyamalan tersebut kemudian menghasilkan film-film yang sukses secara finansial. Yang juga mendapat respon positif dari para kritikus. Seperti Unbreakable (2000). Yang kembali dibintangi oleh Bruce Willis. Dan film tentang alien: Signs (2002). Yang mengandalkan Mel Gibson sebagai aktor utamanya.

Namun, sayangnya, setelah menghasilkan The Village pada 2004, Shyamalan seakan-akan “lupa” cara membuat karya yang menarik dan dahsyat seperti The Sixth Sense, Unbreakable, dan Signs tadi. Film-filmnya selanjutnya, seperti The Last Airbender (2010) dan After Earth (2013), memang tergolong film blockbuster. Dengan bujet jumbo. Yang mampu meraup pemasukan hingga ratusan juta dollar. Tapi, akhirnya, dianggap sebagai “sampah” oleh para kritikus.

Baru pada tahun 2016 kemarin sutradara berusia 46 tahun itu bangkit kembali. Ya, M. Night Shyamalan is back! Split, sebuah film psychological thriller, yang memang menjadi spesialisasinya itu, disambut dengan sangat antusias oleh para kritikus. Tepatnya, setelah tayang perdana di Fantastic Fest (pada 26 September 2016) dan AFI Fest (pada 15 November 2016).

Shyamalan menandai comeback-nya, bersama film Split ini, dengan menyajikan satu hal: Twist ending yang super mengejutkan. Yang membuat para penonton terhenyak. Bahkan, setelah meninggalkan gedung bioskop. Seperti halnya The Sixth Sense dulu.

Saking mengejutkannya, setelah dirilis di Amerika Serikat (pada 20 Januari 2017 yang lalu), film Split ini langsung bikin heboh. Bahkan, mungkin, kehebohannya menyaingi acara inagurasi pergantian Presiden USA dari Barack Obama ke Donald Trump!

Split sendiri mengisahkan tentang seorang pria yang bernama Kevin Wendell Crumb (James McAvoy). Yang menderita dissociative identity disorder (DID). Yakni, sejenis gangguan kejiwaan. Yang dulu disebut multiple personalities disorder. Alias seseorang yang memiliki lebih dari satu kepribadian. Dan, tak tanggung-tanggung, tokoh Kevin dalam film berdurasi 117 menit ini diceritakan punya 24 identitas!

Ceritanya, pada suatu hari, salah satu kepribadian Kevin tadi, yang bernama Dennis, membuat ulah. Ia menculik tiga cewek ababil. Dari sebuah tempat parkir. Untuk dipersembahkan kepada The Beast. Yakni, salah satu kepribadian Kevin yang paling ganas, kuat, dan cepat. Yang doyan memangsa daging manusia!

Ketiga gadis remaja yang bernama Casey Cooke (Anya Taylor-Joy), Claire Benoit (Haley Lu Richardson), dan Marcia (Jessica Sula) itu kemudian disekap. Di sebuah ruang bawah tanah. Yang tanpa jendela.

Dalam upaya mereka untuk membebaskan diri, Casey dkk kemudian “bertemu” dengan berbagai kepribadian Kevin yang lain. Salah satunya adalah Hedwig. Seorang bocah 9 tahun. Yang sangat enerjik, tetapi juga paling rapuh. Yang sangat terobesi pada Kanye West. Ia juga naksir salah satu gadis yang diculik oleh Dennis tadi.

Pada hari yang lain, yang datang adalah Mrs. Patricia. Seorang tante-tante paro baya. Yang hobi memakai sweater turtleneck dan high heels. Yang sikapnya sangat disiplin dan tegas. Layaknya seorang kepala sekolah asrama.

Selain Hedwig dan Mrs. Patricia tadi, ada satu lagi kepribadian Kevin yang menarik. Yakni: Barry. Seorang pria ekstrovert yang berjiwa pemimpin. Yang sikapnya manis dan sangat terobsesi pada fashion. Yang busananya selalu rapi dan tutur katanya santun.

Dari ke-24 personality Kevin, Barry tadi yang paling mudah diatur. Dan ia juga yang paling sering berbicara dengan Dr. Karen Fletcher (Betty Buckley). Seorang psikiater yang menangani Kevin. Yang selama ini selalu setia membantu Kevin untuk mengatasi DID yang dideritanya.

Dr. Fletcher juga yakin, dalam kasus ekstrem, DID bisa menyebabkan perubahan fisiologis pada pengidapnya. Mungkin, itulah sebabnya mengapa tubuh Kevin bisa berubah menjadi The Beast. Yang kekar, kuat, dan gerakannya cepat layaknya superhuman tersebut!

Sementara itu, Dennis si penculik merupakan penderita obsessive-compulsive disorder (OCD). Yang badannya berotot, tapi berkarakter genit. Yang juga pernah “menyamar” sebagai Barry dalam sebuah kunjungan konsultasi ke Dr. Fletcher tadi.

Menurut M. Night Shyamalan, ia memang sengaja membangun 24 personality yang berbeda. Yang tidak didasarkan pada masa lalu Kevin. Seperti kasus DID pada umumnya, mereka adalah pribadi-pribadi spesial. Yang “lahir” untuk menjalankan suatu fungsi dalam tubuh dan pikiran Kevin.

Shyamalan mengaku sudah lama ingin membuat film dengan latar belakang DID. Tepatnya, setelah The Sixth Sense tayang pada tahun 1999 silam. Jadi, sebelum membuat Unbreakable (2000), karakter Kevin tadi, sebenarnya, sudah ada di dalam benaknya.

Selama 15 tahun berikutnya, Shyamalan pun mempelajari segala literatur dan segala hal tentang DID. Dan, hasilnya, ia memiliki teori sendiri soal gangguan mental tersebut. Menurutnya, pikiran pengidap DID mampu memproteksi diri sendiri. Mereka mampu melakukan apa yang kita tidak bisa lakukan.

Berkat penelitian panjangnya tersebut, Shyamalan mampu membesut film Split ini dengan sangat ciamik. Ia jugalah yang menulis skenario film rilisan Universal Pictures ini. Bahkan, James McAvoy mengaku bisa berakting sempurna dan memerankan 24 karakter berbeda sekaligus, salah satunya, berkat pemahaman mendalam Shyamalan tentang DID tadi.

James McAvoy sendiri, sebenarnya, bukan pilihan pertama untuk memerankan sosok Kevin. Pada mulanya, Shyamalan mengincar Joaquin Phoenix, yang dulu pernah bekerja sama dengannya dalam film Signs dan The Village itu, sebagai aktor utamanya. Namun, karena jadwalnya bentrok, akhirnya, Phoenix batal membintangi film Split ini.

Namun, untungnya, Shyamalan kemudian menemukan James McAvoy pada menit-menit terakhir. Dan, tampaknya, ia tidak menyesali keputusannya setelah memilih bintang franchise X-Men tersebut.

McAvoy mampu tampil apik. Ia tidak hanya memerankan Kevin seorang, tapi juga dengan sempurna memainkan seluruh karakternya. Yang berjumlah 24 identitas tersebut! Hingga, banyak yang bilang, Split ini menjadi panggung pertunjukan tunggal bagi McAvoy.

Totalitas McAvoy memang patut mendapat pujian. Padahal, ia baru ditunjuk sebagai pemeran utama hanya sebulan sebelum proses syuting film Split ini dimulai. Alhasil, aktor ganteng tersebut, yang melejit setelah membintangi Wanted (2008) bersama Angelina Jolie itu, diburu waktu untuk segera melakukan persiapan.

Demi tuntutan peran, McAvoy harus membentuk tubuhnya menjadi lebih berotot dalam waktu yang singkat. Selain rutin nge-gym dan melakukan power lifting, ia juga menerapkan diet ketat: Dengan memakan 5.000-6.000 kalori per hari. McAvoy selalu melahap delapan butir telur, dada ayam, dan salmon sebelum melakukan syuting.

Di samping melakukan persiapan fisik, McAvoy juga melakukan pendalaman karakter. Sejumlah riset tentang penderita DID ia pelajari. Dari hasil penelitiannya, aktor asal Skotlandia itu menjadi tahu: Ternyata, banyak pengidap DID yang menyimpan diary dalam bentuk video. Menurutnya, para pasien DID punya kebutuhan konstan untuk terus menunjukkan diri kepada dunia.

Meski sulit, McAvoy mengaku sangat menikmati perannya dalam film Split ini. Menurutnya, skenario yang ditulis oleh Shyamalan sangat fun dan menantang. Banyak plot twist di dalamnya. Yang bakal membuat para penonton terkejut. Satu pertanyaan bakal dijawab dengan pertanyaan lain secara konstan. Dan, apa yang diungkapkan dalam film ini, semuanya adalah fakta.

Mengenai twist ending yang bakal membuat para penonton shock, itu adalah kekuatan terbesar dari film Split ini. Gaya khas Shyamalan, dalam film-filmnya selama ini, memang gemar menyajikan sesuatu yang tak terduga. Terutama, pada bagian akhir.

Sejak dipromosikan tahun lalu, para calon penonton memang mengira Split ini adalah sebuah film psychological thriller. Bahkan, saat menonton, hingga film hampir berakhir, orang-orang masih menganggap bahwa Split adalah sebuah psychological thriller yang mencekam.

Hingga, pada akhirnya, pada bagian ending, ada satu adegan tambahan. Yang mengubah segalanya. Ada satu karakter penting. Yang diperankan oleh aktor kawakan (Oh.. Oh.. Siapa dia?). Yang tiba-tiba muncul. Dan mengucapkan sebuah nama..

Genre film Split ini pun langsung berubah. Bukan lagi psychological thriller. Itu bukan twist ending. Seperti yang dikatakan oleh McAvoy: Seluruh film Split ini, sebenarnya, adalah sebuah twist!

Para penonton di Amerika, kabarnya, banyak yang kaget dan sekaligus bingung. Namun, setelah sadar, akhirnya, mereka kagum dan bersorak. Split pun mendapat sambutan positif dari berbagai kritikus dan situs review.

M. Night Shyamalan langsung mendapat banyak pujian. Karena telah menghadirkan gebrakan spektakuler di dunia film. Ia menampilkan satu adegan pada bagian akhir. Yang mampu mengubah pandangan terhadap seluruh film yang baru selesai ditonton!

Sedikit bocoran, Split ini berada dalam universe yang sama dengan salah satu film Shyamalan sebelumnya. Apakah itu The Sixth Sense, Unbreakable, Signs, atau The Village? Silakan para filmania tebak sendiri. Hehe.. Setting lokasinya pun sama: Di sebuah kota. Di Pantai Timur, Amerika Serikat. Kota apa, ya? Hmmm..

Dalam sebuah wawancara, Shyamalan mengaku sempat khawatir bahwa ending film Split ini bakal bocor. Karena itu, saat diputar untuk screening test, ending tersebut tidak ditayangkan. Shyamalan ingin film Split ini tetap dianggap sebagai psychological thriller oleh para calon penonton. Meski, pada akhirnya, bukan seperti genre yang dipromosikan!

Menurut Shyamalan, karakter Kevin si penderita DID memang sudah ada sejak lama. Ia sudah ada, dan selalu ada, saat Shyamalan menulis naskah salah satu filmnya dulu. Yang satu universe dengan Split itu. Jadi, bisa dibilang, sebenarnya, Kevin adalah karakter orisinal dari film tersebut, tapi tidak dimunculkan!

Bahkan, Shyamalan juga menyatakan bakal membuat sekuel. Yang merupakan percampuran antara Split ini dengan film terdahulunya tersebut. Para pemain lawas, yang dulu terlibat, sudah bersedia untuk bergabung kembali. Plot ceritanya pun sudah di tangan. Sebanyak 11 halaman. Bahkan, kini Shyamalan sudah mulai menulis skenarionya.

Oh, ya. Seperti film-film sebelumnya, Shyamalan juga ikut tampil dalam Split ini sebagai cameo. Ia memerankan karakter bernama Jai. Yakni, seorang satpam di apartemen Dr. Fletcher. Selalu muncul dalam film garapannya sendiri, meski hanya sekilas, seolah sudah menjadi trademark bagi sutradara dan sekaligus screenwriter keturunan India tersebut.

Btw, secara finansial, setelah tayang perdana di Amerika (pada bulan Januari yang lalu), film dengan durasi terlama (117 menit) yang pernah digarap oleh Shyamalan ini juga sukses besar. Hingga kini, berhasil mengantongi pemasukan USD 170 juta. Padahal, bujetnya “hanya” USD 9 juta.

Bahkan, pada pekan perdana pemutaran di Amerika, Split (USD 40 juta) mampu mengalahkan pendapatan film blockbuster xXx: Return of Xander Cage (USD 20 juta). Yang bujetnya mencapai USD 85 juta itu. Para pengamat film pun ternganga. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Dan belum pernah terbayang: M. Night Shyamalan mengangkangi Vin Diesel di box office!.

★★★

Split

Sutradara: M. Night Shyamalan
Produser: M. Night Shyamalan, Jason Blum, Marc Bienstock
Penulis Skenario: M. Night Shyamalan
Pemain: James McAvoy, Anya Taylor-Joy, Betty Buckley
Musik: West Dylan Thordson
Sinematografi: Mike Gioulakis
Penyunting: Luke Franco Ciarrocchi
Produksi: Blinding Edge Pictures, Blumhouse Productions
Distributor: Universal Pictures
Durasi: 117 menit
Budget: USD 9 juta
Rilis: 26 September 2016 (Fantastic Fest), 20 Januari 2017 (Amerika Serikat), 15 Februari 2017 (Indonesia)

Ratings
IMDb: 7,5/10
Rotten Tomatoes: 74%
Metacritic: 62/100

Posting Komentar

0 Komentar