Ticker

6/recent/ticker-posts

The Girl With All The Gift (2016) | Celoteh Movie



Film bertema zombie apocalypse memang tidak ada habisnya. Bahkan, semakin marak belakangan ini. Mulai dari serial televisi The Walking Dead, yang tayang sejak tahun 2010, yang sudah berlangsung selama tujuh season layaknya Cinta Fitri itu, hingga film-film layar lebarnya. Yang sangat banyak itu. Semacam Night of the Living Dead (1968), Dawn of the Dead (1978), 28 Days Later (2003), I am Legend (2008), World War Z (2013), dll. Sampai yang bergenre komedi seperti Zombieland (2009).

Pada awal tahun ini, para filmania, sebenarnya, juga sudah disuguhi Pride and Prejudice and Zombie. Yang kisahnya terinspirasi dari novel klasik karangan Jane Austen. Selain itu, sekitar dua bulan yang lalu, juga ada film zombie pertama yang diproduksi oleh Korea. Yaitu: Train to Busan.



Namun, pada bulan September yang lalu, seakan tak mau ketinggalan, sebuah film zombie bikinan Inggris juga dirilis oleh Warner Bros. Pictures: The Girl with All the Gifts. Yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya M.R. Carey. Yang baru mulai tayang di Indonesia pada hari Rabu (9/11) ini.

Film yang skenarionya ditulis sendiri oleh M.R. Carey ini berkisah tentang dunia yang sudah diambang kiamat: Umat manusia telah terinfeksi oleh virus zombie. Yang berasal dari jamur.

Sejumlah orang yang selamat, yang dipimpin oleh Dr. Caroline Caldwell (Glenn Close), kemudian berusaha menemukan obat penyembuh: Dengan mengadakan eksperimen terhadap anak-anak.



Para bocah yang dijadikan bahan percobaan tadi adalah tipe hybrid. Yang, sebenarnya, merupakan zombie, tetapi masih bisa berpikir dan memiliki kekuatan mental. Meski demikian, jika terlalu dekat dengan bau daging manusia, anak-anak tersebut bakal kehilangan kontrol dan tidak bisa mengendalikan diri.



Jika terjadi sesuatu yang tidak beres, para ilmuwan yang dipimpin Dr. Caldwell juga tidak segan-segan untuk menghabisi para bocah tadi. Namun, ada seorang guru, yang bernama Helen Justineau (Gemma Arterton), yang kurang setuju dengan kebijakan tersebut.

Dengan dibantu oleh dua orang tentara, Helen kemudian berusaha menyelamatkan muridnya: Seorang gadis hybrid jenius. Yang bernama Melanie (Sennia Nanua). Yang semula bakal dibedah sebagai bahan eksperimen. Mampukah sang ibu guru sexy tadi melakukannya?



Semula, film besutan sutradara Colm McCarthy ini diberi judul She Who Brings Gifts, tapi kemudian diganti menjadi The Girl with All the Gifts. Sesuai dengan judul buku karya M.R. Carey. Yang juga bertindak sebagai penulis skenarionya tersebut.



Proses syutingnya sendiri berlangsung selama tujuh pekan (sejak 17 Mei 2015). Yang semuanya dilakukan di Inggris. Hanya saja, untuk menyajikan view Kota London, yang dikisahkan sudah menjadi kota mati itu, dengan menggunakan drone, tim produksi mengambil gambar Kota Pripyat. Sebuah kota mati di Ukraina. Yang sudah tak berpenghuni. Akibat radiasi ledakan reaktor nuklir Chernobyl pada 1986 silam.



Btw, saat daftar pemainnya diumumkan, film berdurasi 111 menit ini juga tak luput dari kritik. Hal itu disebabkan oleh pemilihan Gemma Arterton. Seorang cewek bule berusia 30 tahun. Yang berperan sebagai Bu Guru Helen. Yang dalam novelnya dikisahkan berumur 40-an tahun dan berkulit hitam itu. Isu whitewashing (alias pengulitputihan) terhadap semua karakter pun berembus.



Namun, meski demikian, setelah dirilis pada 23 September 2016 di Inggris, film yang berbujet hanya GBP 4 juta ini mendapat rating positif dari sejumlah situs review. Penampilan Sennia Nanua, sebagai gadis spesial dengan kebutuhan khusus, mendapat banyak pujian.



Para kritikus juga menilai The Girl with All the Gifts ini sangat menegangkan. Dan kisahnya menarik. Bahkan, ada yang menganggapnya setara dengan 28 Days Later (2002). Yang merupakan salah satu film zombie terbaik sepanjang masa itu.



***

The Girl with All the Gifts

Sutradara: Colm McCarthy
Produser: Will Clarke, Camille Gatin, Angus Lamont
Penulis Skenario: M.R. Carey
Berdasarkan: The Girl with All the Gifts by M.R. Carey
Pemain: Gemma Arterton, Paddy Considine, Glenn Close, Sennia Nanua
Musik: Cristobal Tapia De Veer
Sinematografi: Simon Dennis
Penyunting: Matthew Cannings
Produksi: Altitude Film Sales, BFI Film Fund, Poison Chef
Distributor: Warner Bros. Pictures (Inggris), Saban Films (Amerika Serikat)
Durasi: 111 menit
Budget: GBP 4 juta
Rilis: 9 September 2016 (TIFF), 23 September 2016 (Inggris), 9 November 2016 (Indonesia)

Ratings

IMDb: 7,3/10
Rotten Tomatoes: 82%
Metacritic: 73/100

Posting Komentar

0 Komentar