Ticker

6/recent/ticker-posts

Mank (2020) | Celoteh Movie

Citizen Kane (1941) disebut-sebut oleh para kritikus sebagai salah satu film terbaik sepanjang masa. Disutradarai oleh Orson Welles, film jadul yang masih berformat hitam-putih tersebut mengisahkan kehidupan media-mogul Charles Foster Kane. Yang diperankan sendiri oleh Welles.

Cerita film yang diproduksi oleh RKO Radio Pictures tersebut dibuka oleh kata “Rosebud”. Yang diucapkan oleh Charles Kane menjelang kematiannya. Yang menjadi misteri. Yang membuat penasaran seorang wartawan. Yang kemudian menyelidikinya.

Investigasi mengenai makna “Rosebud” tersebut kemudian berkembang menjadi penelusuran riwayat hidup Charles Kane. Mulai dari awal mula ia membangun kerajaan bisnisnya hingga meninggal sendirian di rumahnya. Yang megah bak istana. Yang ia namai Xanadu itu.

Sosok Charles Kane, sejatinya, adalah sosok fiktif. Namun, banyak orang meyakini karakter gadun yang dikarang oleh Herman J. Mankiewicz tersebut didasarkan pada figur nyata. Yaitu: William Randolph Hearst. Seorang boss besar media dan pendukung Partai Republik di Amerika pada era 1930-an.

Selain menyuguhkan cerita yang menarik, proses produksi film Citizen Kane dulu juga dihiasi oleh berbagai kontroversi. Yang penuh dengan intrik dan konflik antara pihak Hollywood, politisi, dan pemilik media massa.

Kisah nyata di balik layar film Citizen Kane itulah yang kemudian diangkat oleh sutradara David Fincher. Dalam sebuah film berjudul Mank. Yang sudah dirilis di Netflix pada 4 Desember 2020 yang lalu.

Sesuai dengan judulnya, film yang ditampilkan dalam format hitam-putih ini diceritakan dari sudut pandang penulis skenario Citizen Kane: Herman Jacob Mankiewicz. Alias Mank. Yang dalam film ini diperankan oleh aktor kawakan pemenang Piala Oscar: Gary Oldman.

Di Hollywood, pada tahun 1930-an, Mank dikenal sebagai penulis skenario yang pandai berbicara, sangat kritis, dan cerdas. Namun, pria kelahiran 7 November 1897 tersebut juga punya kelemahan. Yaitu, gemar berjudi hingga utangnya menumpuk. Serta kecanduan minuman keras dan suka mabuk.

Bahkan, Mank kerap berseberangan dengan boss-nya sendiri, Louis B. Mayer. Yang merupakan pemilik studio film tempatnya bekerja sebagai penulis skenario: MGM (Metro-Goldwyn-Mayer) Pictures. Yang, kala itu, merupakan salah satu studio film terbesar di Hollywood.

Saat menulis skenario film, Mank memang sering menggunakannya untuk menyindir secara halus public figure yang tidak ia sukai. Akibatnya, ia tersisih dari pergaulan kalangan elite Hollywood. Bahkan, Mank sampai menganggur. Karena tidak ada studio film yang mau memakai jasanya.

Hingga kemudian, pada 1940, Mank mengalami kecelakaan mobil dan kakinya patah. Namun, saat menjalani masa pemulihan, ia mendapat berkah: Diajak bekerja sama oleh Orson Welles, seorang aktor muda berusia 24 tahun, yang sedang naik daun, untuk menulis skenario film Citizen Kane.

Mank pun menerima tawaran tersebut. Dengan kaki masih dibalut gips, dan tak bisa berjalan tanpa dipapah, ia menyepi di sebuah pondok. Di Gurun Mojave, Victorville, California. Untuk menulis skenario film Citizen Kane. Dengan ditemani oleh seorang perawat dan seorang sekretaris juru ketik.

Mank hanya diberi waktu 60 hari oleh Orson Welles untuk menulis skenarionya. Awalnya, memang susah dan berjalan lambat. Namun, pada akhirnya, ia mampu menyelesaikan naskah film Citizen Kane. Sesuai dengan deadline yang sudah ditetapkan.

Sejarah mencatat, film Citizen Kane kemudian sukses besar. Dan mendapat respon sangat positif dari para kritikus. Bahkan, akhirnya, Mank (bersama Orson Welles) berhasil memenangkan Piala Oscar, kategori Penulis Skenario Terbaik, dalam ajang Academy Awards 1942.

Menurut para pengamat, skenario film Citizen Kane, yang ditulis oleh Mank, merupakan kritik halus terhadap boss media massa William Randolph Hearst. Yang kerap memanfaatkan koran miliknya untuk membentuk opini publik. Yang menguntungkan Partai Republik yang ia dukung.

Selain itu, William Hearst juga memanfaatkan kedekatannya dengan Boss MGM, Louis B. Mayer, untuk membuat film-film yang mendukung kepentingan politiknya. Seperti, contohnya, saat Pemilihan Gubernur California pada tahun 1934. Yang, akhirnya, dimenangkan oleh calon dari Partai Republik.

Hubungan Mank dengan William Hearst, sebenarnya, lumayan dekat. Bahkan, ia sering diundang untuk menghadiri acara yang diadakan oleh konglomerat tersebut. Hearst menyukai Mank. Karena ia pandai berbicara dan bersilat lidah.

Oleh karena itu, Orson Welles menganggap Mank sebagai sosok yang paling tepat untuk menulis skenario filmnya. Karena ia ingin Mank menggambarkan karakter William Hearst seakurat mungkin. Sehingga taipan media tersebut menyadari bahwa Citizen Kane adalah film tentang dirinya.

Bagi yang belum menonton Citizen Kane, sebelum menonton film Mank ini, sebaiknya memang menonton lebih dulu film klasik tersebut. Agar lebih bisa memahami jalan ceritanya dan mengerti hubungan antar karakternya.

Sementara itu, bagi sutradara David Fincher, film Mank ini, bisa dibilang, merupakan proyek keluarga yang cukup personal. Karena skenarionya ditulis oleh bokapnya sendiri: Jack Fincher. Pada tahun 1990-an. Yang mengadaptasinya dari artikel karya Pauline Kael. Yang berjudul: Rising Kane.

Artikel terbitan tahun 1971 tersebut mengangkat sebuah polemik. Tentang siapa sebenarnya yang paling berjasa atas kesuksesan film Citizen Kane: Orson Welles, selaku sutradara dan pemerannya, atau Mank, selaku penulis skenarionya?

Nama Mank, bisa dibilang, memang kurang populer. Bahkan, mungkin, banyak yang baru mengetahuinya saat ini. Berbeda dengan Orson Welles. Yang dulu namanya langsung melejit seiring dengan kesuksesan film Citizen Kane. Bahkan, mungkin, ia masih dikenal oleh kids zaman now.

Oleh karena itu, lewat film terbarunya ini, David Fincher seakan ingin mengangkat nama Mank. Yang kurang terekspos itu. Ia mencoba untuk menunjukkan: Bahwa peran sang penulis skenario rebel tersebut sangat penting. Tanpa Mank, mungkin, Citizen Kane tidak akan menjadi film yang fenomenal pada zamannya.

Dalam film berdurasi 132 menit ini, David Fincher merangkum perjalanan karir Mank selama 10 tahun di Hollywood. Tepatnya, antara tahun 1930-an hingga 1940-an. Mulai dari awal ia berkenalan dengan William Randolph Hearst, lalu menulis skenario film Citizen Kane, hingga, akhirnya, memenangkan Piala Oscar.

Dalam menyuguhkan kisah Mank, David Fincher menggunakan alur maju-mundur dan flashback. Film ini dibuka oleh adegan Mank tiba di pondoknya, untuk menulis skenario Citizen Kane, pada 1940. Lalu penonton dibawa mundur ke masa lalu. Pada tahun 1930. Saat Mank berkenalan dengan William Hearst.

Agar penonton tidak bingung dengan alur maju-mundurnya, David Fincher selalu mengawali setiap adegan flashback dalam film Mank ini dengan teks ala skenario. Yang memberi keterangan waktu dan tempat: Tentang kapan dan di mana adegan tersebut berlangsung.

Teks yang disajikan oleh David Fincher tersebut memang cukup membantu penonton untuk memahami cerita film ini. Apalagi, plotnya juga cukup sederhana. Karena film Mank ini memang bukan tipe film yang menuntut penontonnya untuk berpikir keras.

Namun, sayangnya, alur cerita yang disuguhkan oleh David Fincher berjalan agak lambat. Bagi penonton yang nggak sabaran, mungkin, terasa agak membosankan. Apalagi, tidak ada adegan dramatis dan plot twist dalam film Mank ini. Karena kisahnya memang sesuai dengan kejadian nyatanya.

Akan tetapi, untungnya, kekurangan film yang diceritakan secara lambat ini tertutupi oleh sinematografinya yang memukau mata. Disuguhkan dalam format hitam-putih, Mank sukses membawa penonton kembali ke masa lalu. Lewat tampilan visualnya yang vintage.

David Fincher, tampaknya, tidak mau nanggung dalam menyuguhkan visualisasi jadul untuk menghibur penonton masa kini. Tampilan Mank benar-benar ia buat seperti film klasik hitam-putih yang dirilis pada tahun 1930-an atau 1940-an. Namun, dengan kualitas gambar yang mumpuni.

Selain efek visualnya, efek suara dan musik yang melatari film Mank ini juga terdengar seperti scoring dalam film-film jadul hitam-putih. Penonton awam, yang kurang aware, mungkin, ada yang mengira film Mank ini memang benar-benar film klasik. Bukan film produksi zaman now.

Di samping sinematografi dan efek suaranya, yang juga mencuri perhatian adalah penampilan Gary Oldman dan Amanda Seyfried. Selaku pemeran utama dan pendukung dalam film Mank ini.

Gary Oldman, sekali lagi, membuktikan kualitasnya sebagai aktor kawakan. Yang serba bisa. Yang mampu berperan sebagai siapa saja. Termasuk, berperan sebagai Mank. Yang nyaris serupa dengan sosok aslinya dulu.

Sementara itu, meski porsinya hanya sebagai pendukung, dan tidak sebanyak Gary Oldman, Amanda Seyfried mampu tampil memikat sebagai Marion Davies. Seorang aktris sexy dari Hollywood. Yang sempat tenar pada era 1930-an. Yang dulu menjadi cem-ceman gadun William Randolph Hearst itu.

Selain itu, yang menarik, misteri “Rosebud” dalam film Citizen Kane dulu, akhirnya, juga terungkap dalam film Mank ini. Yang, ternyata, berkaitan dengan Marion Davies. Yang diperankan dengan apik oleh Amanda Seyfried itu.

Dengan segala keunggulannya tadi, Mank pun dijagokan oleh para kritikus untuk berbicara banyak dalam Academy Awards 2021 nanti. Menurut mereka, berbagai aspek positif yang ditampilkan oleh film ini, seharusnya, mampu memikat para voters Oscars.

Apalagi, sang sutradara, David Fincher, juga sudah berpengalaman menelurkan banyak film yang masuk nominasi Academy Awards. Meski, hingga kini, masih belum berhasil memenangkan Piala Oscar kategori Sutradara Terbaik.

Sebelum membesut Mank, sineas spesialis psychological thriller tersebut memang sudah menghasilkan film-film terkenal. Mulai dari Alien 3 (1992), Seven (1995), The Game (1997), Fight Club (1999), Panic Room (2002), Zodiac (2007), The Curious Case of Benjamin Button (2008), The Social Network (2010), The Girl with the Dragon Tattoo (2011), hingga Gone Girl (2014).

Apakah lewat film Mank ini, akhirnya, David Fincher mampu memenangkan Piala Oscar? Setelah terakhir kali masuk nominasi Best Director lewat The Social Network? Kita tunggu saja tahun depan.


***

Mank

Sutradara: David Fincher
Produser: Ceán Chaffin, Eric Roth, Douglas Urbanski
Penulis Skenario: Jack Fincher
Pemeran: Gary Oldman, Amanda Seyfried, Lily Collins, Arliss Howard, Tom Pelphrey, Sam Troughton, Ferdinand Kingsley, Tuppence Middleton, Tom Burke, Joseph Cross, Jamie McShane, Toby Leonard Moore, Monika Gossmann, Charles Dance
Musik: Trent Reznor, Atticus Ross
Sinematografi: Erik Messerschmidt
Penyunting: Kirk Baxter
Perusahaan Produksi: Netflix International Pictures
Distributor: Netflix
Durasi: 132 menit
Negara: Amerika Serikat
Bahasa: Inggris
Genre: Drama, Biography, History
Klasifikasi Usia: R (17+)
Anggaran: USD 30 juta
Tanggal Rilis: 13 November 2020 (Amerika Serikat), 4 Desember 2020 (Indonesia)

Rating (hingga 17 Desember 2020)
Rotten Tomatoes – Tomatometer: 84% (Certified Fresh)
Rotten Tomatoes – Audience Score: 69℅ (Fresh)
Metacritic: 79/100
CinemaScore: —
PostTrak: —
IMDb: 7,2/10
Edwin Dianto (Filmania): 7,5/10 (B)



Posting Komentar

0 Komentar